Monday, March 10, 2014

the Greatest Climber: Reinhold Messner

Reinhold Messner is the Greatest Climber on the Earth: Prestasi petualangan yang tak tertandingi.
Reinhold Messner lahir di desa Villnos, di kawasan lembah Tyrol, Italia Selatan, pada 17 September 1944. Ia anak ke dua dari delapan bersaudara. Ayahnya, Joseph Messner, seorang kepala sekolah. Seperti kehidupan petani lain di desa yang di pagari Pegunungan Dolomite ini, mereka hidup sederhana. Di waktu senggang, apalagi liburan panjang, Joseph sering mengajak keluarganya mendaki gunung-gunung di sekitar desanya.
Pada usia lima tahun Reinhold Messner sudah diajak ayahnya mendaki Saas Rigais di Geisler Alps. Berbeda dengan gunung-gunung sebelumnya, gunung itu mengharuskan mereka memanjat tebing dulu baru menggapai puncaknya. Tak dapat dibayangkan bagaimana tangan-tangan mungil Reinhold yang mencengkram tali atau saat berayun-ayun di tebing yang tingginya ratusan meter. Ia tidak merasa takut malah terlihat kegirangan. Gilanya lagi, adik Reinhold, Gunther ikut juga dalam pendakian itu. Joseph memandang bangga pada kedua anaknya ketika mereka sampai di puncaknya.

Thursday, February 20, 2014

1st Indonesian Everest 1997 (Bag. 1)



Indonesian Everest Team 1997
Pada tanggal 26 April 1997, Indonesia menjadi negara di kawasan tropis pertama, sebagai negara pertama di Asia Tenggara, sebagai militer ke tiga di dunia (setelah Nepal dan India), menjadi tim pendaki pertama yang sukses pada musim pendakian ke Everest, 8.848 mdpl, musim 1997. Indonesia telah memotong tim Malaysia yang—punya ide jadi yang pertama sejak tahun 1986—sudah ’nongkrong’ beraklimatisasi di base camp Everest selama 6 bulan.
"Waktu itu kita mendengar bahwa Malaysia sudah mencanangkan akan mengibarkan bendera kebangsaan mereka pada tanggal 10 Mei 1997. Saya tidak rela bangsa Indonesia, sebagai bangsa 200 juta jiwa, harus kalah dengan bangsa lain di kawasan kita. Karena mencapai puncak tertinggi di dunia sudah menjadi salah satu tonggak ukuran prestasi suatu bangsa." tegas Prabowo dalam buku Di Puncak Himalaya Merah Putih Kukibarkan. Malaysia mengekori keberhasilan kita pada tanggal 23 Mei 1997, dan M. Magendran dan N. Mohanadas jadi orang Malaysia pertama di puncak Everest.

1st Indonesian Everest 1997 (Bag. 2)


Indonesian Everest Team 1997

Kekecewaan Boukreev
Saat evaluasi, ternyata Boukreev sempat kecewa dengan Apa yang menganjurkan Boukreev terus mendaki sampai puncak dan melihat keadaan. Boukreev menyanggupi, tapi ketika ia menanyakan tali, Apa menjawab, bahwa mereka tak mempunyai tali lagi. “Saya kecewa dengannya. Bagaimana mungkin di ketinggian ini, saya harus mencari tali bekas yang terkubur dibawah salju, untuk kemudian disambung-sambung lagi sebagai tali pengaman utk tim ini. Di sini salju sangat tebal, membuat bahaya yang tak terlihat bisa muncul di mana saja. Apa mengaku, dia menggunakan tali terakhir yang panjangnya 100 meter sebagai pengaman rute yang sebenarnya tak perlu diamankan. Saya tak bisa mengerti dengan tindakannya ini.” Ungkap Boukreev. Apa merasa bersalah, lalu menawarkan diri untuk turun dan mengambil tali. Yang jadi masalah selanjutnya adalah masalah waktu yang berjalan terus, mereka harus terus mendaki atau turun. Apa benar-benar merasa bersalah. Karena kelalaiannya, ekspedisi itu terancam gagal. Apa berusaha keras memperbaikinya. Ia pergi ke depan dan mengamankan rute dengan sisa tali terakhir panjangnya tak lebih dari 40 meter. Tali tua, bekas tali ekspedisi-ekspedisi terdahulu. Selama prose situ Boukreev dan tim beristirahat sejanak untuk memulihkan tenaga.

Sang Heroik: Anatoli Boukreev



Anatoli Boukreev
Anatoli Nikolaevich Boukreev [16 Januari 1958 - 25 Desember 1997] pendaki profesional Kazakhstan, Rusia. Pendaki yang telah melakukan pendakian tujuh puncak dari 14 puncak 8000-an tanpa bantuan tabung oksigen. Dengan catatan 18 kesuksesan mendaki puncak-puncak 8.000 sepanjang tahun 1989 hingga 1997. Mendapat reputasi sebagai pendaki elit internasional, untuk pendakian K2 tahun 1993 dan Everest lewat rute North Ridge, tapi semakin terkenal sejak melakukan tindakan penyelamatan secara heroik pada tragedi Everest 1996. Kenapa saya harus menulis tentang beliau? Ya, karena ia merupakan salah satu tokoh utama yang bisa menyukseskan ekpsedisi Indonesian Everest 1997. Baca selengkapnya di 1st Indonesian Everest 1997
Boukreev lahir di Korkino, Uni Soviet. Ia berasal dari Narod, terlahir dari keluarga biasa dari orang tua yang cukup miskin. setelah menamatkan sekolahnya tahun 1975, ia kuliah ke Univ. Chelyabinks, mengambil jurusan keguruan/pendidik ilmu fisika dan meraih gelar sarjanannya tahun 1979. Pada tahun yang sama ia juga menamatkan pelatihan program ski cross-country.

Saturday, February 15, 2014

Demam Gondrong


“Waktu tak akan bisa kita paksakan kehadirannya
Karena ia datang sendiri. Jadi hanya bisa dinanti, 
dijalani, dilewati, atau dikenangi.” [Ganezh/1999]

Tahun ini rambut gondrong lagi nge-trend. Hampir di semua tempat ditemui pemuda berambut gondrong yang lagi asik nongkrong. Ada yang lurus kayak sih Bucek Deep, kayak AXL nya GNR, atau tokoh yang identik dengan gondrong, meski lagi botak, yakni Gugun Gondrong :P Ternyata demam itu juga menjalari Ganes and the gank. Saat ini ia masih “gotang” alias gondrong tanggung. Maklum masih anak sekolahan. Tapi saat liburan panjang nanti ia berniat menggondrongkan rambutnya. Hingga menjelang masuk sekolah.

Ramadhan


Bulan puasa adalah bulan emasnya umat Islam. Merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah SWT. Di bulan itu pula umat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan penuh. Menjauhi segala perbuatan dosa. Menahan segala hawa nafsu. Pada umumnya orang yang berpuasa itu mulutnya berbau kurang enak. Misalnya temen Ganes yang bernama Abon. Sedang tidak berpuasa aja dia bau, apalagi kalo dia berpuasa. Hiy! Nggak bisa dibayangin. Tapi doi selalu berpegang teguh pada nasehat-nasehat Wak Haji Dulah. Beliau selalu mengatakan bahwa bau mulut orang yang berpuasa akan lebih harum semerbaknya minyak kasturi nantinya. Amin aja, deh! Kalo si Adut lain lagi. Doi lebih seneng puasa kecil. Itu lho, puasa yang waktu berbukanya pas tengah hari. Hehehe.

Blue Twister



 
static5.depositphotos.com
Malam minggu dari pada manyun, nggak ada yang diapelin, Ganes berkunjung ke rumah Onal, teman lamanya yang anak otomotif SMK 70 itu. Onal yang cukup ahli soal mesin, apa lagi mesin motor. Entah sudah berapa kali motor bebeknya di-tune up olehnya. Dia jago kebut-kebutan di jalan. Dia juga menjadi pimpinan Twister. Kelompok racer amatiran di kota Palembang. Ganes memasuki gerbang rumah Onal. Terlihat Onal sudah bersiap-siap hendak pergi. Ketika melihat tampang Ganes yang cengar-cengir , dia sempat terkejut. Senyumnya mengembang. Dia urung men-starter motornya.
“Wah! Angin apa yang membawa Orang Gunung mampir ke sini!” sapanya ramah.
“Sompret! Apa kabar Muka Cyborg!” jawab Ganes cepat sambil tertawa. Onal turun dari motor kesayangannya itu. Mereka berjabat tangan akrab. Kemudian duduk di beranda sambil bercerita ngalor-ngidul. Karena sudah cukup lama tidak bertemu.

Bis


Siang itu, Kota Palembang terasa lebih panas dari biasanya. Matahari melotot garang dengan teriknya. Tampak Ganes berdiri gelisah di halte bis di ruas Jalan Basuki Rahmat. Mulutnya sudah ngedumel sendiri. Merasa kesal belum juga dapat tumpangan. Kendaraan yang lewat selalu beda jurusan atau sudah sarat penumpang. Tampak doyong kelebihan muatan. Para sopir dan kondektur bis kota memang tak pernah jera, meski sering terjadi kecelakaan akibat kelebihan muatan. Merasa tak perduli dengan kondisi bis yang oleng ke kiri. Pikirannya hanya dapat memburu setoran sebanyak-banyaknya. Anehnya, masih ada saja penumpang yang mau naik. Meski harus berdiri, berdesakan atau bergelantungan, sampai ke kedua pintunya. Tak memikirkan keselamatan mereka sendiri. Merasa penting cepat sampai ke tujuan. Padahal jika terjadi kecelakaan, akan lebih cepat sampai ke rumah sakit atau malah akhirat! 

Thursday, February 13, 2014

Hantu Itu Bernama Hipotermia



static.pulsk.com
"Alam tak akan bisa dilawan, kecuali dipelajari, disiasati, ditanggulangi, barulah diakrabi!" [Ganezh/2012]

Banyak penyakit yang akan mengancam seseorang ketika berada di ketinggian, tipisnya lapisan udara, cuaca dingin atau panas yang berlebihan. Penyakit-penyakit ketinggian ini relatif bisa diprediksi dan diperhitungkan sebelumnya. Seseorang yang sempat berlatih fisik dan berolah raga relatif lebih mudah menghadapinya ketimbang yang tak punya persiapan sama sekali. Salah satu penyakit yang jadi hantu paling menakutkan para pendaki tropis atau mungkin juga pendaki gunung salju adalah hipotermia. Penyakit ini muncul akibat tidak tertanggulanginya dengan baik gejala atau penyakit akibat hipoksia. Baca: Hipoksia: Sang Induk Penyakit Ketinggian

Karena akhir-akhir ini banyak beberapa pendaki kita yang gugur akibat hipotermia, maka saya merasa perlu untuk mencoba kembali menulisnya. Minimal akan me-refresh ingatan kita tentang bahaya pendakian tanpa persiapan fisik, mental, pengetahuan dan peralatan yang standar. Penyakit ini adalah penyakit ketinggian berkelas acute mountain sickness (AMS) yang mengakibatkan hilangnya atau menurunnya suhu tubuh dari batas normal yang bisa menyebabkan kematian.

Hipoksia: Sang Induk Penyakit Ketinggian

istockphoto.com
"Setiap pendaki yang baik pasti sudah tahu sebatas mana kemampuannya. Sudah paham, kapan saatnya untuk maju, berhenti, atau untuk mundur." [Ganezh/2012]

Karena akhir-akhir ini banyak beberapa pendaki kita yang gugur akibat penyakit ketinggian. Meski ini bukan tulisan orang pertama perihal penyakit ketinggian, namun saya merasa perlu untuk mencoba menulisnya kembali. Minimal akan me-refresh ingatan kita tentang bahaya pendakian tanpa persiapan fisik, mental, pengetahuan dan peralatan yang standar. Induk dari semua penyakit ketinggian itu adalah Hipoksia [hypoxia].

Tuesday, February 11, 2014

Survival [Bagian 1]



Liburan habis caturwulan pertama datang lagi. Banyak para pelajar yang sudah punya rencana buat mengisi liburannya. Pergi bersama keluarga atau bersama gank sekolahnya. Liburan memang obat penenang bagi orang-orang yang selalu dipenuhi aktivitas harian. Tak terkecuali bagi para pelajar. Di mana mereka diembat pelajaran saban hari. Anak-anak sispala Wanacala SMUN 2000 juga sudah sibuk menjalankan rencana pendakian bersama ke Gunung Rinjani, 3.726 mdpl, di Lombok, NTB. Tapi liburan kali ini benar-benar tak asyik bagi Ganes. Karena ia tak bisa bergabung dengan pendakian Rinjani. Karena harus mengantar sekaligus menemani Anis liburan ke Bandung, ke rumah Om Handri.

Survival [Bagian 2]



“Gimana, Dang? Sekarang udah jam dua belas!” tanya Luki makin cemas. Idang meraih HT dari tangan Luki. Ia menghubungi OSC Badak. Dengan sangat terpaksa ia menceritakan kejadian tim mereka pada Kang Jack. Benar saja, Badak jadi geger karena berita itu. Bahkan mungkin mulai tersiar ke seluruh Tim SAR. Terkesan unik dan konyol jika ada tim SAR tiba-tiba berubah menjadi survivor dan masuk daftar pencarian orang. Untung Kang Jack bisa mengerti dan paham. Ia melarang SRU 7 untuk bergerak. Karena akan dikirimkan tim bantuan ke posisi mereka. Mereka disuruh menunggu sambil terus menyelidiki ke mana arah Ganes menghilang.

Survival [Bagian 3]



Api! Gue mesti bikin api SOS secepatnya! Siapa tahu helikopter itu akan melihatnya. Dia juga membakar topi serta ranting-ranting kering, lalu meniupnya dengan tergesa-gesa. Nah, apinya mulai gede! Ia juga memasukkan ranting-ranting pohon yang cukup besar. Api makin berkobar, suhu di situ jadi lebih hangat. Terkahir ia  memasukkan dedaunan basah ke dalam kobaran api. Seketika muncul asap putih kekuningan yang tebal, bergumpal dan bergulung-gulung. Ganes menjerit lantang. Setangah hiteris, juga panik. Idaaang!Toloooong! Suara jeritannya dipantulkan oleh bukit dan lembah Gunung Gede.[]

Friday, February 7, 2014

Mahitala: Indonesian Seven Summiters




Tim Mahitala Unpar pict: sekolahkampus.com
Usaha-usaha penuntasan Seven Summit dari para pendaki Indonesia sudah dan terus diperjuangkan sejak dulu sampai sekarang. Baik dari berbagai kelompok mau pun individu. Namun yang sudah tercatat sukses adalah kelompok Mahitala, UNPAR, Bandung. Tergabung dalam ISSEMU (Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Katolik Parahyangan). Mereka adalah Sofyan Arief Fesa, Xaverius Frans, Broery Andrew Sihombing, dan Janatan Ginting. 

Sejarah: Seven Summits




Karl Blodig
wikipedia.qwika.com

Kala itu, selagi para pendaki terbius dengan kebesaran Asia, Eropa dan Amerika, tersiarlah nama Karl Blodig, pendaki Austria yang telah mendaki semua puncak 4.000-an meter di pegunungan Alpen. Dituntaskannya pada tahun 1900. Kisah pendakiannya itu, ia bukukan di buku Die Viertausender der Alpen (The Four-Thousanders of the Alps), terbit pertama kali tahun 1923. Prestasi Blodig ini membuat para pendaki gunung berpikir keras untuk mulai mencari-cari ”sesuatu” yang baru dalam pendakian. Prestasi Blodig itu pulalah yang menjadi sumber inspirasi ide Seven Summit yakni niat untuk ‘mengantungi’ puncak-puncak tertinggi dari tujuh benua.

Thursday, February 6, 2014

“Nes... Pulaaang!!”


“Jangan memaki kelabilan…
Karena kita semua pernah menjalaninya!
Tapi makilah kelebayan…
Karena kita memang tak harus menjalaninya!”
[Ganezh/Feb’2014]



Suara cekikikan terdengar dari ruang tengah. Rupanya Anis dengan beberapa teman-temannya sudah sampai di rumah. Terdengar cukup ramai. Padahal mereka cuma berempat, termasuk Anis. Tak dapat dibayangkan kalau mereka berkumpul satu kelas. Bisa kalah riuh rendahnya pasar pagi. Ganes yang lagi asyik tidur-tidur ayam terlonjak kaget. Gila, para Nenek Sihir datang ke sini. Bisa hancur ketenangan rumah ini! Rutuknya terasa terganggu. Dia berusaha cuek, namun keramaian Anis dan teman-temannya makin menjadi-jadi. Entah apa saja yang mereka bicarakan. Kalau cuma berdiskusi tentang pelajaran kok, ramainya mirip perdebatan di pasar loak. Akhirnya Ganes keluar dari kamar.

Ziarah [Bagian 1]



"Sederet waktu berlalu...
Berlembar kisah ’tlah terjalin
Berhadap kendala yang meng hadang, tak peduli, 
demi memenuhi serangkum kata, yang ‘tlah tersusun rapi menjadi sebuah, janji." 
[ganezh/10 Sept’1994]  
Note: Sebelum membaca cerita ini sebaiknya baca cerita Setangkai Edelweiss Lawu lebih dulu. 

Dua jam lagi sekolah bubaran. Kelas Ganes tampak gaduh karena Pak Hombing, guru matematika belum masuk ke kelas. Ganes mendatangi bangku Togar, stengah berbisik ia menanyakan sesuatu.
“Gar, Jumat entar kita libur, ya?” Togar yang lagi asyik ngupil mengangguk.
“Iya. Kalo tanggal merah, pasti kau hapal, ya” Togar meringis mengejeknya. Ganes cuma nyengir kuda.

Ziarah [Bagian 2]

     Hari Selasa pagi Katrin tidak mood ke sekolah. Usai muter-muter tak jelas ia membeli bunga, dia melarikan Civic merahnya ke TPU Kamboja. Dia berniat menziarahi makam abangnya yang meninggal sebulan yang lalu akibat kecelakan. Suasana pekuburan tampak sepi. Bukan karena masih cukup pagi. Tapi namanya juga kuburan :P Kalau ramai itu pasar. Selesai menabur bunga dan berdoa, Katerin beranjak untuk pulang. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Eh! Itu kayaknya? Tapi bukankah dia lagi pegi? Apa cuma khayalan gue aja? Gumam Katrin terkejut sambil menatap tubuh seseorang yang berdiri mematung  membelakanginya.

Wednesday, February 5, 2014

Yang Hilang


pict:albertjoko
 Mungkin...
 Lidahku adalah perih
 Hatiku adalah batu
 Nyata kau rasa
 Namun…
 Jauh dalam sanubari
 Batin ini
 Rindu tak terhingga
 Sayang tak terkira
 Adalah sungguh milikmu
 [Milikmu, Bintan, Ganezh, Juni 2003] 

“Amit-amit, deh!” Pekik Dimie kesal. Sambil meremas kertas warna pink yang tak berdosa itu. Entah sudah berapa kali ia bersikap seperti itu. Riska, sahabatnya cuma bisa menggelengkan kepala melihatnya.
“Jangan gitu dong, Mie. Nggak baik membenci orang yang suka sama lo.”

Petualangan Ganes



SECANGKIR KOPI:
Novel ini berisi kumpulan cerpen tentang perjalanan Ganes, remaja SMA yang gemar berpetualang. Di sekolahnya, SMU 2000, ia bergabung ekskul sispalanya, Wanacala. Ia dijuluki teman-temannya si Gokil. Karena suka seenaknya dan rada sableng :P Seluruh kisah dalam novel teenlit era jadul ini di tahun 90-an. Para remajanya belum punya handphone, apa lagi gadget canggih. Paling banter telepon rumah, kartu telepon, atau pager. Cerita klasik sederhana ini juga mencoba mengusung pesan moral lewat pengalaman-pengalaman yang dilewati sang tokoh. Sang Tokoh mencoba menangkap esensi positif dari tiap kisah perjalanannya. Kisah petualangan yang tak melulu menjelajahi  gunung dan hutan, namun juga belantara ibu kota. Beberapa kisah saya share di blog ini. Semoga masih bisa menikmati ceritanya, semoga bisa menghibur, atau sekedar bernostalgia sebagai pendaki klasik era 90-an :)

One Day

 “Jangan biarkan asamu pecah oleh kerasnya kehidupan, 
tapi biarkan kerasnya kehidupan mengajarkan ketabahan, 
kesabaran, dan menegarkan asamu yang berkilau!” 
[Ganezh/Mei 1998]

Remaja itu berlari ke emper pertokoan di kawasan Jalan Sudirman. Menghindari rintik hujan yang menderas. Memang saat ini cuaca tak menentu. Padahal dua jam yang lalu matahari terik menyengat. Lalu tiba-tiba mendung, hujan gerimis dan sekarang pun deras. Para pejalan kaki lari kalang kabut. Mencari perlindungan ke emper-emper pertokoan. Hanya ada beberapa pejalan kaki yang tetap nekat meneruskan perjalanan. Remaja itu tak lain si Ganes. Berdesakakan di antara para peneduh jalan. Terjebak di kawasan Pasar Baru. Ganes baru beli celana jean dan kaos di Mier Market, dan sekarang berniat ke International Plaza. Ia ingin membeli kaset Kitaro. Koleksi band instrumental asal Jepang itu memang makin memenuhi raknya.

Monday, February 3, 2014

Setangkai Edelweiss Lawu [Bagian 1]



"... Janganlah berdusta, 
tanyalah edelweiss yang tahu tentang kemunafikan!"  
[Ganezh/Nop,1992]

Pada jam istirahat, kantin sekolah sudah ramai dipenuhi siswa-siswi yang pada kehausan plus kelaperan. Tampak dua siswa lagi asyik mengobrol. Tak merasa terganggun keadaan hiruk pikuknya anak-anak, berteriak memesan makanan dan minuman pada Bu Kantin. Sesekali  mereka asyik menggoda adik-adik kelas yang lagi jajan. Dua orang itu adalah dua sahabat Ganes dan Togar. Siswa kelas dua SMU 2000.
            “Aku tadi pagi putar-putar cariin kau, tak taunya kau ...”
        “Sstt... Gar, kalo ngomong pelan dikit kenapa sih, gue kan belon budek!” potong Ganes cepat. Mukanya cemberut cucut. Togar nyengir tanpa dosa.
            “Iyalah, sorry. Itu kan memang logatku. Oh ya, kau sudah ketemu si Ojiq?”
            “Belon. Nggak tau kemana si Pesek itu. Eh, mau es, Gar?”

Setangkai Edelweiss Lawu [Bagian 2]

Akhirnya setelah melewati perjalanan yang cukup berat dan melelahkan. Mereka sampai di puncak gunung Lawu. Begitu agung ciptaan-Mu, Tuhan! Terdengar decak kekaguman dari mulut-mulut mereka. Adhie mengumandangkan adzan. Pertanda mereka telah sampai di puncak  dengan selamat. Tebaran edelweis Lawu di ujung sana membentuk permadani alam yang menakjubkan. Setelah mendapatkan tempat yang strategis. Mereka mulai terlihat sibuk. Mendirikan tenda dan segala sesuatunya. Menjelang sore, mereka duduk bersantai sambil menunggu sunset gunung Lawu. Betapa indah sunset yang memendarkan warna merah jingga keemasan itu. Tak lupa mereka mengabadikannya. Ganes sepertinya kurang tertarik. Pandangannya hanya tertuju pada tebaran edelweiss-edelweiss itu. Ah, edelwieiss Lawu.

Artefak Notuta

Covernya hasil tempel-tempel

"Keterbatasan alat bukanlah hambatan, dan istilah tak berbakat akan sirna, jika kita memang punya niat, ide & semangat kesungguhan untuk mewujudkannya!" [Ganezh/2011]

Saat sekarang, salah seorang temanku menyebut karyaku ini sebagai "artefak" yang harus "dilestarikan" [biar terlihat keren kunamai Artefak Notuta = Novel Tulis Tangan, hihihii] karena semua isi buku ini semuanya ditulis/dibikinkan ilustrasi dengan tulis TANGAN, bukan disengaja atau pengen gaya, tapi [dulu] memang karena keterbatasan sarana ketik. 
Tahun 1994, laksana "dark age" bagiku, sementara otakku luber dengan keinginan menulis. Dari pada semua menguap hilang, jadi kutulis dalam sebuah buku yang biasa dipakai oleh tukang kredit atau koperasi. Jadilah Notuta "Adventure of Ganes" kumpulan cerpen yang jadi cikal bakal novel perdanaku "Petualangan Ganes di Rimba Ganas" [sebenernya kurang suka ama judul itu! Tapi dulu cuma bisa manut ama penerbitnya]. Nama penaku dulu "Didiek-OK" Wkwkwkw :D Waktu nulis naskah Jejak Sang Beruang Gunung Norman Edwin aku ganti nama penaku jadi Ganezh. Ide penggunaan nama "Ganezh" saat melihat sebuah peta Himalaya, ada puncak gunung yang bernama "Ganezh" selain memang mendekati nama tokoh utama novel pertamaku, meski sebenarnya beda, antara nama tokoh dan gunung.

Ganezh's Quotes


Ludah Kembara Kecil
[semua diambil dari buku ini]

"Pendaki mana pun, selalu berada di antara nuansa cerah dan badai, 
berhasil dan gagal, selamat dan maut,
jiwalah yang dipertaruhkan."
[Ganezh/2002]

Sherpa: Manusia Negeri Atap Dunia.

300px-Sherpa Wikipedia.jpg
Dalam kultur masyarakat, terkadang kita memiliki nama yang sama, bahkan cukup banyak, tapi suku sherpa memiliki kesamaan terbanyak. Karena umumnya suku sherpa menamai anaknya sesuai dengan hari di saat mereka dilahirkan. Jika kamu seorang anak berasal dari suku sherpa dan lahir di Minggu, maka nama sherpa-mu adalah Nima, Senin adalah Dawa, Selasa adalah Mingma, Rabu adalah Lhakpa, Kamis adalah Phurba, Jumat adalah Pasang dan Sabtu adalah Pemba.

Masyarakat sherpa, berarti orang timur, dari kata Shar itu Timur dan Pa, adalah orang. Mereka adalah salah satu suku terbanyak dari negara multi etnis Nepal. Sebagian besar hidup di Solu Khumbu, utara timur Nepal, sebelah barat daya Gunung Everest.  Sebagian lagi hidup di barat, Lembah Rolwaling, dan wilayah Helambu Utara, Kathmandu. Tengboche adalah desa sherpa tertua di Nepal.

Wednesday, January 29, 2014

Kepada Beruang - Samson



Norman Edwin dan Didiek Samsu

Tentang Mereka…
Tak kugubris pernah atau tak pernah
Merenda asa dan bernyanyi di tebing cadas
Mencium puncak dan menyapu riaknya jeram
Merambah kelam perut bumi
Atau bahkan, umbar celoteh dengan mereka
Tapi, aku tahu…
Tentang si Beruang Gunung, Norman Edwin
Tentang si Samson, Didiek Samsu
Semua kubaca karya dan tentang mereka
Tentang suka duka kala mencumbui bebasnya alam
Kini, tak kan ada lagi tembang celoteh mereka
Mereka ‘tlah direngkuh dalam peluk-Nya, di kebekuan Aconcagua
Aku sedih, semua berduka, kami pun berdoa
Tertunduk mengiring kepergian mereka
Semoga di sisi-Nya, mereka damai tenang
Semangat dan jiwa kebersamaan tetaplah kenangan
Tak pudar bagai putih salju di puncak abadi
Aku, kami yang tertinggal, kan selalu berusaha, tetap kibarkan panji kita,
Panji Pecinta Alam…
[Palembang 2002, Ganezh]

Tuesday, January 28, 2014

Mendakilah TAPI JANGAN Cari MATI

foto from Google
Mendaki gunung itu memang menyenangkan, tapi kalau ”banyak yang mati” itu sangat menyedihkan. Demam mendaki ramai lagi di kalangan anak muda sekarang. Entah sekedar ikut trend atau memang panggilan hati. Kini semua orang bisa mendaki gunung, tapi [sayang] tak semuanya bisa pulang dengan selamat.
Jangan jejali otak kita dengan pendapat subyektif orang yang ngawur tentang sebuah gunung. Ingatlah! Mereka beruntung tapi belum tentu dengan kita. Mereka merasa gampang mendakinya, tapi belum tentu dengan kita. Sebab kita memang punya pengetahuan dan persiapan yang berbeda, sekaligus takdir masing-masing. Jangan termakan istilah,”gunung mudah, gunung wisata, gunung pendek, anak kecil aja bisa mendakinya, dll” atau pendapat ngawur yang memberikan penilaian sepihak.

Saturday, January 25, 2014

Coming Soon!


Judul: 13th Day [Srikandi Survivor]  
Genre: Novel Petualangan Survival
ISBN: 000-000-000-0
Author: Ganezh
Penerbit: [Masih cari jodoh]
Dimensi: 00 x 00 cm, 300 hlm [plus!]

SINOPSIS:
Kikan bukan traveler, mapala, apa lagi gadis petualang. Ia hanya gadis biasa yang sedang bepergian, tapi musibah datang, merubahnya menjadi seorang survivor. Beruntung dia bertemu Alang, rekan seperjalanan yang kebetulan anggota mapala. Namun, korban mulai berjatuhan satu persatu. Alang pun mengalami cidera. Sementara Kikan harus bertahan dengan segala ketidaktahuannya. Harus memperjuangkan hidupnya di tengah hutan belantara... 

"Diinspirasi dari kisah nyata!"
 

"Musibah survival itu bukan pilihan. Tapi kita tak bisa menolak, ketika takdir berkehendak. Semua bergantung dengan kesiapan kita sendiri!" 

Ludah Kembara Kecil


Ludah Kembara Kecil

Judul: Ludah Kembara Kecil
Genre: Antologi Puisi Perjalanan
Author: Ganezh
Penerbit: Self Publishing
Cetakan: I (2005) dan II (2006)


Ludah tak selalu diartikan sebagai cairan mulut yang menjijikan. Karena di sini ludah adalah ludah kata ketulusan. Kadang berisi nasehat, memohon, ratapan, menangis, memuji, merayu bahkan mencaci-maki.

Kembara Kecil adalah pengelana atau petualang ‘bau kencur’ yang ‘cetek’ pengalamannya. Entah berpetualang di alam bebas, cinta atau kehidupan.

Ludah Kembara Kecil adalah antologi celoteh [atau puisi?] yang lahir dari perjalanan pribadi, perjalanan para sahabat dan perjalananan orang-orang di sekitar.

Jejak Sang Beruang Gunung


 Genre     : Biografi Tokoh Petualang
 ISBN      : 979-763-190-7Author: Ganezh
 Penerbit: Andi Offset - Jogjakarta
 Dimensi : 12 x 19cm, 298 hlm
 Cetakan : I (2006), Cetakan II (2007)


Gua akan terus berjalan dan lo masih tertarik, 
lo pasti akan senang mendengar cerita-cerita gua.  
Karena gua sering cerita,  orang-orang akan merasa akrab dan tiba saatnya gua mati, gantian orang-orang yang akan cerita tentang gua!
(Norman Edwin)

SINOPSIS:
Siang itu, 20 Maret 1992, langit tampak mendung serta angin beku berhembus. Di hamparan salju putih Aconcagua, di ketinggian 6.700 mdpl. Tampak sosok tubuh tinggi besar berambut gondrong, sedang berjuang melintasi tanjakan kemiringan 40 derajat. Tak lain itu sosok Norman Edwin, sang Beruang Gunung Indonesia yang berambisi mendaki Puncak Tujuh Benua. Sekali lagi, kapas esnya menghujami salju beku. Lalu merayap, dan bertumpu di ujung kapak es yang membenami salju. Sementara kebekuan dan keletihan terus mendera. Sengatan nyeri frostbite di ruas jari tengah beberapa hari lalu terus menyiksa. Namun tekadnya sudah bulat. Ingin mengibarkan Merah Putih dan panji Mapala UI di puncak tertinggi Amerika Selatan itu. "Ya, puncak Aconcagua tinggal 200 meter lagi!" Semangatnya dalam hati.

Thursday, January 23, 2014

RINDU PENDAKIAN

Aku rindu beban di pundak
Memar bahu dicengkeram ransel
Aku rindu deru nafas
Di saat langkah dijerat medan
Aku rindu mandi peluh
Di saat raga didera alam
Aku rindu gigil menari
Di saat angin beku menggigit kulit
Aku rindu gelisah tanya
Ketika gundah menjelang puncak
Aku rindu tawa bersama
Ketika bersama memangkas aral
Aku rindu jabat erat
Ketika bersama mencium puncak
[Ganezh/ LKK/ September 1998]

SANG KEMBARA

Nyatanya...
Kembaraanku belum selesai
Menala harapan tujuan
Mentariku masih tertawa
Terik menikam jiwa
Hujan badai pun masih bahana
Menjilati nurani
Langkah lunglai tertatih
Tetap pasti meski sejengkal
Esok adalah mimpi
Kubenahi lagi asa yang terserak
Kurajut lagi meski perca
Meski nyata kembaraanku memang belum selesai...
[Ganezh/LKK/2005]

KEPADA PARA PENDAKI GUNUNG

Antologi Puisi Perjalanan
Naik turun gunung
Menyeruak rimba lebat
Lalu mencium puncak
Merayap di tebing-tebing cadas
Runcing nan tinggi
Masuk ke perut bumi
Gelap dan beku
Menari jemari gejolak sungai-sungai
Membanting menenggelamkan
Lalu apa yang dicari?
Ketenangan… kedamaian… kebersamaan…
Kedewasaan… kehebatan…kejantanan…
Atau… mensyukuri kebesaran Tuhan
Atau… malah menjemput kematian?
Apakah semua ada di sana?
[Ludah Kembara Kecil/Ganezh/Puncak Gunung/1992]

EDELWEISS

Baumu tak seharum melati
Mahkotamu tak seindah mawar
Warnamu tak secerah anggrek
Pesonamu tak secantik bunga bonsai
Hanya kurus ramping warna kuning gading
Sederhanamu tetaplah anggun
Kaulah bunga di puncak sunyi
Lambang cinta abadi
Tak gampang ‘tuk mencium membelai sederhanamu
Kaulah bunga abadi dari puncak tinggi
Andai kau dijaga abadi
Dan senyum polosmu menyapa para pendaki
Memohon agar tetap lestari…
[Ludah Kembara Kecil/ Ganezh/Puncak Singgalang/1992]

MAMPU

Keindahan alam,
Mampu kurangi beban otakmu
Kemilau sunrise,
Mampu hilangkan lelahmu
Jingga sunset,
Mampu serpihkan penatmu
Setangkai edelweis yang kau petik
Mampu membuka topengmu
Janganlah berdusta
Tanyalah edelweis yang tahu tentang kemunafikan….
[Ludah Kembara Kecil/ Ganezh/Puncak Singgalang - Nopember 1992]

ADA APA?

Ada apa di puncak sana?
Aku bertanya pada batu, pada semak atau pada langit
Sementara langkah makin lelah
Udara tipis selimut kabut
Dingin menggigit tenaga kupacu
Memenuhi rongga syarafku
Gerakkan kakiku tuk tetap melangkah
Dan aku bertanya lagi…
Ada apa di puncak sana?
Tak ada ada juga jawaban
Hanya sayup-sayup bayang mendesir
Lewat angin lembah di sela-sela hasrat yang kian menjerat…
[Ganezh/Puncak Gunung/1993]

KEMBALI KE ALAM BEBAS

Pergilah ke alam bebas
Selama angin lembah meniupkan keinginan
dan mentari menyinari puncak-puncak

Pergilah ke alam bebas
Selama rimba menyisakan senyuman ‘tuk mengupas belenggu hasrat
Bebaskan jiwa dari kepenatan
Menyeruak lembah-lembah berlari ke padang hijau

Pergilah ke alam bebas
Selama cadas-cadas menghias biru langit cakrawala
dan menyisakan celah ‘tuk menari di dinding cadas

Pergilah ke alam bebas
Selama sungai-sungai mengalirkan jiwa yang bergejolak

Pergilah ke alam bebas
Selama gundah melanda jiwa bekukan pikir
Kau kan kembali ke alam bebas
Selama alam menyisakan rindu
Meraih keagungan sepi yang patut direnungi…
[Ludah Kembara Kecil/ Ganezh/Puncak Kaba/1994]

NIAT

Kabut di lembah ini
Merangkak di lereng gunung
Datang angin beku
Dipacunya lalu
Anak manusia dengan niatnya
Bajunya, rambutnya, peralatannya
Tertatih pelan mendaki
Ransel menggayuti pundak
Terjerat hasrat ‘tuk kibarkan panji di puncak
[Ganezh/Puncak Kaba/1994]

NYAMAN DI SINI

Nyaman di sini
Di puncak gunung
Bersama edelweis, cantigi dan cadas
Biarkan peluh lelah tenggelam bersama indahnya sunset
Nyaman di sini
Di puncak gunung
Bersama rekan, tenda dan api unggun
Biar menggigil kedinginan
Nanti hilang bersama terbitnya sunrise
Nyamannya di sini di puncak ini
Dalam keheningan
Menyatukan asa dan rasa
Pada alam semesta ciptaan-Nya tiada tara…
[Ganezh/ Puncak Dempo/1995]

DI PUNCAK I

Kini aku tercenung
Duduk di atas batu
Di tepi kawah ini
Kulempar jauh pandangan
Ke lembah, kawah dan jurang
Kudengar desir angin memelukku hanyut
Dalam beku yang patut direnungi
Menyatukan rasa di puncak impian
[Ganezh/Kawah Merapi/Dempo/1995]

API UNGGUN

Gemeretak apilah jilati dahan
Diam tenang kami memandang
Api unggun menyala riang
Berkilau pancarkan terang
Menjilat, menari girang
Nyala api tampak curai
Hanya satu hasrat ingin dicapai
Puncak nan tinggi dan suci…
[Ganezh/ Puncak Dempo/ 1995]

KEMBARA

Kala jemari bulan perak
Melumat wajah lamunan
Ingatkan senyuman baiduri
Melibas gumpalan bahala
Kala merambah buana
Kembara muda ingatlah sadar
Seberapa jauh kau telah melangkah…

[Bukit Serelo - Maret, 2001]

GUNUNGKU

Di gunung ini nyatalah orang-orang
yang bergegas melepas penat
Laksana memahat sejuta gundah
dan selalu pasrah pada kenyataan

Gunung ini bukan lagi persinggahan
dari gemuruhnya jiwa para pelestari alam
Gunung ini hanyalah pelampiasan
Keegoisan, kemunafikan atau juga ketololan
Hingga makin langka yang perduli
atau yang melindungi

Gunungku…
Menjeritlah, muntahkan murkamu
Jika tangismu lewat gersang ranting pohon terkulai tak didengar
Jika isakmu lewat luruhnya tanah tak di gubris
Mereka juga masih tertawa
Tamparlah otak sadar mereka
Dengan gemuruhmu
Dengan hujan abumu
Dengan ludah panasmu
Jika itu satu-satunya cara ‘tuk melumat segala kepongahan
Serta keserakahan mereka…

[Ludah Kembara Kecil/ Puncak-Puncak Gunung/ 6-4-2001]

PENGEMBARA BIJAK

Pengembara itu...
Tak kan cerita tentang berapa puncak yang ia daki
Tak kan cerita seberapa jauh melangkah
Tak kan cerita berapa dalam pengarungan jeram
Tak kan cerita berapa tinggi tebing yang dijalarinya
Tak akan bercerita berapa lama ia menjelajah
Melainkan cerita tentang pesan dari sebuah perjalanan

Pengembara itu...
Tak akan cerita tentang ketololan
Tapi tentang sebuah kesalahan dan kegagalan
Agar dia dan rekannya tak mengulangi kesalahan yang sama
Tak akan bercerita tentang kepongahan
Melainkan cerita keberhasilan sebagai bonus perjalanan
Selalu berbagi kebenaran, bukan cerita bualan

Pengembara Bijak memang...
Ramah, tapi tidak murahan.
Menjaga setia, meski banyak cinta.
Jago, bukan sok jago.
Menjaga jiwa dan hatinya.
Menjaga kebersamaan dan kesetiakawanan.
Kejujuran adalah nafas bagi Pengembara Bijak dalam melanjutkan pengembaraannya.

[Ganezh/ Jogjakarta/ 11052013]

PENGKIBLAT NEGERI

Ludahnya tawarkan kebijakan
Membasahi asa para jelata ini
Dongengkan kemakmuran
Lidahnya manis, mengatur, memutuskan, mengesahkan:
Ini harus gini...
Itu harus gitu...
Tak perduli bagaimana para jelata ini
Sekarat dalam kubangan ludah mematikan
Telah menggantungkan asa pada lidah-lidah kemunafikan
Ludah-lidah para pengkiblat negeri ini...

[Ludah Kembara Kecil / 2003]
 

API HATI

Oh, langit dan matahari
Oh, bulan dan bintang
Akankah hati ini selalu diselubungi jelaga hitam
Karena naiknya harga-harga
Mampukah kita bertahan pada jubah hati dan pikiran
Jika hati kini adalah api
Jika pikiran kini adalah kelam
Oh, para pengkiblat negeri
Sebenarnya siapa yang kau wakili
Hanya ambisi diri atau para jelata ini...

[Ludah Kembara Kecil/ Ganezh/ 2003]