Tuesday, January 21, 2014

Quote Para Petualang

pic from toonpool.com

“Sudah semestinya para pendaki belajar memisahkan ‘bahaya’ dengan ‘tingkat kesulitan’ atau ‘kehati-hatian’ bisa jadi sukar dipisahkan dari ‘pengecut’ atau ‘banci’, dan kecelakaan konyol karena ‘nekat’ umumnya lebih dikaitkan pada intuisi yang kurang tajam.”
Gaston Rebuffat [Perancis].



“Jangan meraih keberhasilan atau kemasyuran dengan tebusan pengorbanan yang hanya didasari oleh kecerobohan belaka,”
Maurice Herzog [Perancis].

“Mengurangi bahaya objektif adalah keterampilan terpenting, 
yang dapat dilatih seorang pendaki,” 
Reinhold Messner [Italia].

“Tiap makhluk hidup dapat menyesuaikan diri pada keadaan.
Dari apa yang tampak dari kejauhan.
Mereka dengan cepat dapat melakukan penyesuaian.
Ancaman atau kenyataan tentang kematian dapat menuntun pada kejernihan pemikiran tentang agama atau apa yang selalu dalam pemikirannya,”
Peter Boardman [Inggris].

“Dibutuhkan lebih banyak keberanian untuk menghadapi kehidupan sehari-hari yang sebenarnya lebih kejam dari pendakian yang nyata. Ketabahan. Tetapi lebih banyak dibutuhkan ketabahan untuk bekerja di kota dari pada mendaki gunung yang tinggi”
Peter Boardman [Inggris].

“Sudah semestinya para pendaki belajar memisahkan ‘bahaya’ dengan ‘tingkat kesulitan’ atau ‘kehati-hatian’ bisa jadi sukar dipisahkan dari ‘pengecut’ atau ‘banci’ dan kecelakaan konyol karena ‘nekat’ umumnya lebih dikaitkan pada intuisi yang kurang tajam,”
Gaston Rebuffat [Perancis].

“Manusia cuma bisa berhasil menjejaki puncak tapi tak pernah bisa menaklukkan gunung,” 
Gaston Rebuffat [Perancis].

“Di atas 5.000 meter tidak ada belas kasihan lagi,” 
Alex McIntre [Inggris].

“Hati-hatilah mendefenisikan kreativitas pendakian, 
sebab akan kau temukan sesuatu dari pendakianmu,” 
Wanda Rutkietwickz [Polandia].

“Kesuksesan adalah sesuatu yang diingat sesaat,
sedang kesalahan akan diingat selamanya,” 
Josune Bereziartu [Perancis].

“Pergilah keluar, nikmatilah alam ini dan gunung bisa jadi guru yang baik,” 
Junko Tabei [Jepang].

 “Dapatkah anda membukakan jendela-jendela itu?
Aku ingin berpamitan dengan gunung-gunungku tercinta yang biru, untuk terakhir kalinya saya ingin memandang hutan-hutan lebatku yang hijau. Sekali lagi aku ingin menghirup udara pegunungan,udara alam bebas itu,”  
kata-kata terakhir Franz Wilhelm Junghun, Jerman,  
sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, dihadapan sahabatnya, Dr. Ghroneman.

“Tergantung antara ujung-ujung jari dan pinggir yang tajam dan kaki yang tegak pada bibir dinding batu,
adalah hidup seorang manusia”
Geoffrey Winthrop Young [Inggris].

“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi tanda tanya,
tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar, terimalah dan hadapilah,” 
Soe Hok Gie [Indonesia].

“Di alam bebas kita akan tahu kebesaran Tuhan. Di situ akhirnya kita akan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan. Kita jadi arif dan bijaksana bila selalu mengingat kebesaran Tuhan”  
Herman. O. Lantang [Indonesia].

“Ketakutan itu selalu ada, cuma tergantung bagaimana kita mengatasinya,” 
Norman Edwin [Indonesia].

“Jangan pernah anggap enteng arus yang datar,
sebab kita tidak tahu ada apa di dalam sungai,” 
Norman Edwin [Indonesia].

“Adalah suatu kebahagiaan bagi seorang caver bila lampu yang dibawanya menjadi sinar pertama yang mengungkap keindahan bawah tanah,”
Norman Edwin [Indonesia].

“Bahaya objektif bisa jadi bahaya subjektif,  
kalau kita tidak siap atau kurang pengalaman,”  
 Muhammad ’Ogun’ Gunawan [Indonesia].
 





No comments:

Post a Comment